7 Fakta Menarik Tentang Lumpur Lapindo Sidoarjo

7 Fakta Menarik Tentang Lumpur Lapindo Sidoarjo

7 Fakta Menarik Tentang Lumpur Lapindo Sidoarjo – Setelah 18 tahun berlalu, masihkah bencana semburan ini terjadi? Ya, ternyata hingga sekarang semburan masih berlangsung.

Lumpur panas ini terus meluas menggenangi wilayah Porong sejak 2006 silam. Seakan tanpa ampun, lumpur terus meluap hingga memberikan tampilan bagaikan laut hitam.

Dari yang tadinya luapan lumpur hanya menggenangi pemukiman sekitar sumur pengeboran PT. Lapindo sampai akhirnya luapan lumpur meluber ke mana-mana. Termasuk ke jalan tol Surabaya-Gempol yang membuatnya harus segera diblokade.

Keunikan dari bencana alam ini yaitu memicu tumbuhnya kreativitas dari seniman. Mungkin Anda sudah tahu tentang hadirnya 110 patung manusia lumpur pada area tanggul? Patung karya Dadang Christanto ini muncul saat peringatan 8 tahun pasca kejadian semburan.

Lumpur Lapindo Sidoarjo

Ternyata fenomena semburan lumpur ini menjadi sangat epic dalam sudut pandang seni. Patung terkesan begitu hidup, apalagi para patung itu membawa peralatan dapur, boneka dan benda-benda rumah tangga lainnya.

Seakan menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap keadaan yang menimpa rumah mereka. Tentu, kehilangan tempat tinggal memang menjadi duka mendalam bagi warga Sidoarjo yang terkena lumpur panas ini.

Itulah sekilas fakta menarik Lumpur Lapindo Sidoarjo yang memberikan pengalaman pahit dalam bidang eksplorasi migas Indonesia.

Bencana ini memang terkesan human error, namun kondisi alam yang tidak stabil pun berkontribusi dalam membuat efeknya semakin parah.

Baca Juga: 16 Kolam Renang Sidoarjo, HTM, Jam Buka & Daya Tarik

Selain itu, ada beberapa fakta menarik lainnya, seperti:

1. Pusat Semburan dan Cakupan Area Lumpur

Pusat semburan lumpur terletak seputaran area desa Siring, kecamatan Porong, kabupaten Sidoarjo. Jaraknya radius 150-200 meter dari sumur pengeboran gas Banjarpanji 1 milik PT. Lapindo pada saat itu.

Area lumpur terus meluas hingga mencapai lebih dari 600 hektar lahan. Berdasarkan pemantauan citra satelit Google Earth, keliling dari kolam lumpur Lapindo mencapai 11 km dengan luasan hingga 5,45 kilometer persegi. Dan ini akan terus meluas seiring berjalannya waktu.

2. Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Dampak Bencana

Pemerintah Indonesia memiliki peran yang besar dalam menanggulangi dampak bencana. Berbagai upaya dilakukan untuk mitigasi dan pemulihan lingkungan, ekonomi, sosial, kesehatan dan bidang-bidang urgen lainnya.

Salah satu wujud peran pemerintah yaitu dengan dibentuknya PPLS, yaitu Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo. Badan penanggulangan bencana semburan Lumpur Lapindo Sidoarjo ini bekerja berdasarkan Peraturan Presiden No.21 Tahun 2017.

Kemudian dalam pengawasan pelaksanaannya oleh Kementerian PUPR sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No.3 Tahun 2019. PPLS memiliki empat agenda utama, yaitu: penanganan sosial, pengendalian semburan, pengaliran lumpur dan pembangunan infrastruktur.

3. Mengenal Fenomena Mud Volcano

Ada yang menarik dari Lumpur Lapindo Sidoarjo ini bahwa fenomena alam ini disebut sebagai Mud Volcano atau Gunung Lumpur. Meskipun bentang alamnya tampak seperti kolam, semburan lumpur panas ini mengindikasikan adanya aktivitas geologis dan vulkanis yang kuat.

Mud Volcano banyak terjadi pada wilayah pulau Jawa bagian Utara. Khususnya pada zona pegunungan Kendeng bagian timur. Gunung Lumpur ini secara singkat merupakan aktivitas semburan lumpur dari dalam perut bumi akibat tekanan gas.

4. Upaya Evakuasi Warga

Sejak bencana Lumpur Lapindo Sidoarjo terjadi, upaya evakuasi warga terus dilakukan. Kerjasama dari berbagai pihak memungkinkan warga yang rumahnya tenggelam karena lumpur bisa segera menempati rumah baru.

Salah satu hunian perumahan yang menjadi tempat evakuasi warga korban Lapindo yaitu perumahan Kahuripan Nirwana Village (KNV). Awalnya warga hanya menempati rumah saja, tanpa kejelasan kepemilikan rumah tersebut. Namun akhirnya sebanyak 453 sertifikat rumah diberikan juga pada tahun 2016 silam.

5. Kajian dan Penelitian Kandungan Lumpur

Riset terus berjalan untuk mengkaji Lumpur Lapindo Sidoarjo. Tujuannya untuk menemukan indikasi-indikasi yang memungkinkan untuk penanganan lumpur secara lebih tuntas. Meskipun prakiraan lumpur akan terus menyembur hingga 30 tahun lamanya.

Selain itu, riset juga perlu untuk meneliti kandungan lumpur Lapindo. Indikasi akan adanya mineral atau logam langka yang dapat dimanfaatkan sehingga bisa menjadi angin segar dan solusi ekonomi di tengah bencana alam yang menyedot anggaran sangat besar ini.

Semoga suatu hari ada kabar gembira tentang bagaimana mengatasi lumpur Lapindo yang meresahkan ini. Setidaknya semoga ada teknologi untuk memanfaatkan lumpurnya, tidak sekadar mengalirkan atau menunggu alam memadatkannya.

6. Harta Karun Baterai Listrik Lumpur Lapindo

Para peneliti giat meneliti kandungan Lithium pada lumpur. Jenis logam langka ini bagaikan harta karun yang sangat bermanfaat .

Logam alkali lunak yang memiliki warna putih keperakan ini menjadi bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik. Jika jumlah Lithium mencukupi atau memang sangat melimpah ini sama saja menemukan harta karun pada kubangan lumpur.

Namun sayangnya, wacana ini hanyalah sebuah wacana mimpi. Berdasarkan hasil riset Kementerian ESDM, jumlah Lithium yang terkandung dalam Lumpur Lapindo Sidoarjo tidak signifikan untuk dapat dimanfaatkan dalam industri baterai.

7. Kapan Semburan Lumpur Berhenti?

Tidak ada yang tahu pasti kapan lumpur berhenti menyembur. Jika prediksi ilmiah mengatakan bahwa Mud Volcano ini akan terjadi selama 30 tahun. Maka sudah lebih dari separuh jalan Indonesia melaluinya.

Tersisa 12 tahun lagi, apakah benar-benar akan berhenti semburannya? Tentu benar-benar masih misterius kiranya seperti apa masa depan bencana alam ini. Apakah akan berakhir atau tidak?

Beberapa fakta menarik ini dapat memberikan gambaran tentang bagaimana manusia harus menerima konsekuensi atas kesalahan yang ia lakukan.

Baca Juga: 15 Kuliner Lezat Mojokerto yang Sedang Viral

Dalam tiap usaha eksplorasi dan eksploitasi alam, pasti ada dampak-dampak yang seharusnya bisa diminimalisir. Tentunya dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi pertambangan migas yang lebih baik ke depannya. Agar tak terjadi bencana serupa lagi.