Pengertian Toilet Pengompos, Teknologi WC Ramah Lingkungan – Merupakan WC yang ramah dengan lingkungan sekitar. Jadi dapat menjadi alternatif toilet bersih yang memperhatikan dampak lingkungannya.
Secara umum, Indonesia memang dalam perjalanan panjang untuk membiasakan warganya untuk memakai toilet. Banyak daerah, khususnya luar pulau yang tidak memakai toilet.
Sebenarnya hal ini tidak terlalu buruk. inti dari toilet sebagai pengompos adalah menjadikan bekas kotoran manusia sebagai kompos untuk menyuburkan tanah.
Jadi, dengan konstruksi yang tepat, toilet bisa higienis dan ramah lingkungan pada waktu bersamaan.
Daftar Isi
Prinsip Kerja Toilet Pengompos
Apapun namanya, toilet pengompos, eco toilet atau toilet kering, hal ini adalah suatu inovasi dalam sistem sanitasi.
Fungsinya untuk mengatasi tantangan yang terkait limbah kotoran manusia. Bisa karena masalah akses air bersih, ingin lebih ramah lingkungan atau alasan lainnya.
Kita dapat membangun infrastruktur sanitasi yang higienis, layak dan ramah lingkungan.
Konsep dasarnya adalah mengubah kotoran manusia menjadi kompos melalui proses biologis, berbeda dengan toilet secara umum. Berikut adalah prinsip dasarnya.
1. Tanpa Air
Toilet pengompos tidak memakai air untuk pembilasan. Jadi, setelah memakai toilet, kita bisa memakai daun atau tissue untuk menggantikan air.
Hal ini tentu berbeda dengan toilet konvensional. Perlu kita ingat kalau toilet perlu saluran pembuangan.
Kalau di kota besar mungkin bukan hal sulit. Tapi bagaimana kalau daerah pedalaman atau desa? Kita bisa memanfaatkan toilet jenis ini.
Memasangnya pada perumahan kota juga dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan air bersih. Dan paling cocok untuk daerah-daerah yang sulit mendapatkan air bersih.
Baca Juga: Cara Membuat Pupuk Kompos, Ini Bahan-Bahan Lengkapnya
2. Pengomposan Biologis
Kotoran manusia masuk ke toilet pengompos diuraikan melalui proses pengomposan biologis.
Proses ini melibatkan bakteri, jamur, dan mikroorganisme lainnya yang memecah materi organik menjadi bahan yang lebih sederhana dan stabil.
3. Kompos Sebagai Hasil
Pengertian toilet pengompos adalah hasil akhir dari proses pengomposan toilet adalah kompos. Bahan organik yang kaya nutrisi ini bisa sebagai pupuk tanaman.
Kompos dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah sebagai opsi dari pupuk kimia.
4. Komponen Toilet Pengompos
Bentuk toilet ini bisa kita buat mirip dengan toilet pada umumnya. Demi kenyamanan, ada beberapa komponen yang bisa membuat proses pengomposan lebih nyaman.
a. Tempat Duduk atau Jongkok
Bagian ini berfungsi sebagai tempat untuk pengguna duduk atau jongkok saat menggunakan toilet.
Kata lain adalah permukaan duduk atau tempat duduk, yang biasanya kita rancang agar nyaman oleh pengguna.
b. Bagian Pengomposan
Ini merupakan bagian yang mengelola proses pengomposan kotoran manusia. Terdiri dari ruang pengomposan atau tempat penyimpanan, sistem ventilasi untuk menghilangkan gas berbau. Ada juga unit terpisah untuk mengumpulkan dan menyalurkan urin.
Selain bagian tersebut, ada akses untuk mengeluarkan kompos yang sudah jadi. Jadi pemakai bisa dengan nyaman menuntaskan urusannya di kamar mandi. Lalu, proses pengomposan bisa terjadi dengan sendirinya.
c. Bahan Pengompos
Kita perlu serbuk kayu sebagai salah satu bahan pengomposan. Fungsinya adalah sebagai media untuk menyerap kotoran dan menyediakan lingkungan yang sesuai bagi mikroorganisme untuk melakukan penguraian.
Serbuk kayu juga membantu mengendalikan bau yang dihasilkan oleh kotoran manusia.
Cara kerjanya kurang lebih sama dengan serbuk kayu yang dipakai untuk pengomposan kotoran pada kucing peliharaan.
Untuk mempercepat proses pengomposan, kita dapat menambahkan bahan kimia tertentu.
Tapi, bila ingin mengikuti cara alami, Anda perlu menunggu sekitar 3 bulanan untuk kompos benar-benar bisa kita panen.
Itulah cara kerja toilet pengomposan. Kita tidak memerlukan air untuk pembilasan dan bisa menghemat jumlah air yang signifikan.
Ketahui keseluruhan cara kerjanya untuk bisa memakai jenis toilet ini secara maksimal.
Pertimbangkan pula kenyamanan saat memakai toilet dan juga melakukan pengomposan.
Pada awalnya, mungkin kita akan merasa aneh, tapi dengan berjalannya waktu akan terbiasa. Terutama bila ingat banyaknya manfaat dengan memakai toilet jenis ini.
Siklus Penggunaan Toilet Pengompos
Proses pengomposan yang efektif membantu menjaga kebersihan dan kesehatan pengguna.
Oleh karena tidak ada limbah cair yang terakumulasi, risiko kontaminasi dan penyebaran penyakit dapat diminimalkan.
Kompos yang dihasilkan dari proses pengomposan bisa jadi pupuk organik untuk tanaman.
Hal ini tidak hanya membantu mengurangi jumlah limbah, tetapi juga meningkatkan kesuburan tanah secara alami.
Setelah mengetahui cara kerja toilet ini, perhatikan pula cara pengomposannya. l
Terdapat siklus yang menandakan kapan kompos bisa diambil karena sudah dapat digunakan. Berikut adalah putaran proses pengomposan.
1. Penggunaan Bergantian
Idealnya pengertian toilet pengomposan adalah memiliki beberapa unit untuk dipakai.
Dengan adanya dua unit toilet dalam satu bilik, penggunaan dapat dilakukan secara bergantian setiap tiga bulan.
Hal ini memungkinkan satu toilet untuk melakukan proses pengomposan sementara yang lainnya masih digunakan untuk penggunaan sehari-hari.
Jadi, kita tidak harus memakai toilet biasa kalau toilet kompos sedang tidak bisa digunakan.
2. Pemanenan Kompos
Setelah proses pengomposan selama tiga bulan, kompos yang dihasilkan dapat dipanen sebagai pupuk tanaman.
Selama periode ini, pengguna dapat beralih menggunakan toilet lainnya yang sudah siap untuk proses pengomposan selanjutnya.
Kompos dapat Anda pindahkan pada wadah terpisah. Lalu, toilet dapat dipakai lagi sesuai dengan kebutuhan.
Pahami siklus dan proses pengomposan yang memang memerlukan waktu tidak sebentar.
Dengan konsep terintegrasi kita bisa mengembangkan pengertian toilet pengompos dari sebuah proyek yang terealisasi.
Dengan membuat sistem yang tertata, kita bisa memastikan proses pengomposan terkelola dengan baik.
Baca Juga: Canggihnya Teknologi WC Gentong, Toilet Pintar Asli Indonesia
Toilet pengompos bisa jadi salah satu alternatif yang menarik dalam meningkatkan sanitasi. Ini juga bisa jadi solusi untuk adanya keterbatasan air bersih.
Pada saat yang sama, kita juga mendukung praktik berkelanjutan dalam pengelolaan limbah dan lingkungan hidup.